Singa dan Anjing
Al-Imam asy-Syafi'i -rahimahullah- berkata:
Aku mampu berhujjah dengan 10 orang yang berilmu, tetapi aku pasti
kalah dengan seorang yang jahil, karena orang yang jahil itu tidak
pernah faham landasan ilmu.
Apabila orang bodoh mengajak berdiskusi dengan kamu, maka sikap yang terbaik adalah diam, tidak menanggapi.
Apabila kamu melayani, maka kamu akan susah sendiri. Dan bila kamu berteman dengannya, maka dia akan selalu menyakiti hati.
Apabila ada orang bertanya kepadaku,“jika ditantang oleh musuh, apakah kamu diam?” jawabku kepadanya:
“Sesungguhnya untuk menangkal pintu-pintu kejahatan itu ada kuncinya.”
Sikap diam terhadap orang yang bodoh adalah suatu kemuliaan. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan.
Apakah kamu tidak melihat bahwa seekor singa itu ditakuti lantaran dia pendiam?!
Sedangkan seekor anjing dibuat permainan karena dia suka menggonggong?!
"Berkatalah sekehendakmu untuk menghina kehormatanku, toh diamku dari
orang hina adalah suatu jawaban. Bukanlah artinya aku tidak mempunyai
jawaban, tetapi tidak pantas bagi 'sang singa' meladeni 'anjing
anjing',"
(Lihat kitab “Diwan Asy-Syafi’i” karya Yusuf Asy-Syekh Muhammad Al-Baqa’i)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar