Senin, 22 Juli 2013

Bolehkah kita berdoa melalui media jejaring sosial ?

Bolehkah kita berdoa melalui media jejaring sosial ? "

Secara umum tidak ada masalah berdoa melalui media jejaring sosial atau di tempat umum atau berdoa dengan suara yang bisa didengar orang lain. Dalil mengenai perkara ini cukup banyak, diantaranya doa yang
dibaca Rasullullah Shallallahu'AlaihiWasallam ketika khutbah Jum'at disebabkan permintaan orang orang Arab Badui agar beliau memohon kepada Allah SubhanahuWaTa'ala untuk segera menurunkan hujan. Termasuk doa doa yang dibaca oleh khatib ketika khutbah Jum'at. Dan kita semua tahu, doa itu dibaca di tempat umum dan di hadapan banyak orang.

Hanya saja untuk beberapa kasus tertentu terkait berdoa melalui media jejaring sosial, ada beberapa batasan yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Membuat status maupun postingan berisi doa melalui media jejaring sosial dalam rangka mengajarkan doa yang shahih kepada orang lain. Misalnya memposting doa yang benar ketika hendak tidur atau bangun tidur atau dzikir pagi dan petang atau doa selama turun hujan dan semisalnya.

Insya Allah kegiatan semacam ini termasuk amal shalih, yaitu berupa mendakwahkan kebaikan kepada teman teman kita melalui media jejaring sosial untuk melakukan amalan sunah. Oleh karena itu kita perlu memastikan bahwa doa yang kita sebarkan sudah terjamin keshahihannya.

Rasullullah Shallallahu'AlaihiWasallam menjanjikan bahwa orang orang yang memotivasi orang lain untuk berbuat baik, maka dia akan mendapatkan pahala seperti seseorang yang mengikuti ajakannya.

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Mas'ud Al Anshari radiyallahanhu, Rasullullah Shallallahu'AlaihiWasallam bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

" Barang siapa menunjukkan kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala pelakunya ( seseorang yang mengikutinya ). " ( HR Muslim no. 1893 ).

2. Doa yang sifatnya pribadi

Doa yang tidak selayaknya didengar orang lain, yang merupakan bagian dari privasi seseorang, maka tidak selayaknya disebarkan melalui media jejaring sosial. Seperti doa yang isinya penyesalan atas perbuatan maksiat dengan menyebutkan bentuk maksiat yang dilakukan. Atau doa yang isinya keluhan masalah pribadi, yang tidak selayaknya diketahui orang lain.

Kita diajarkan untuk selalu menjaga kehormatan, dan tidak membeberkan aib pribadi.

Rasullullah Shallallahu'AlaihiWasallam menasihati kita,

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا المُجَاهِرِينَ، وَإِنَّ مِنَ المُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ، فَيَقُولَ: يَا فُلاَنُ، عَمِلْتُ البَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ، وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ

" Setiap orang dari umatku dimaafkan ( kesalahannya ) kecuali orang orang yang melakukan mujaharah ( terang terangan bermaksiat ) dan termasuk sikap mujaharah ialah seseorang melakukan sebuah perbuatan dosa di malam hari, kemudian pagi harinya dia membuka rahasianya dan mengatakan, ‘ Wahai fulan, tadi malam aku melakukan seperti ini dan seperti ini ’ , padahal Allah telah menutupi dosanya. Di malam hari, Allah menutupi dosanya namun di pagi hari, dia menyingkap tabir Allah dalam dirinya. " ( HR Bukhari no. 6069 ).

Syariat juga mengajarkan agar kita tidak menjadi hamba yang mudah mengeluh kepada orang lain, sebab sikap semacam ini menunjukkan kurangnya tawakkal. Allah SubhanahuWaTa'ala mencontohkan sikap para nabi, yang mana mereka hanya mengeluhkan masalahnya kepadaNya.

Nabi Ya'qub alaihissalam ketika memperoleh ujian kesedihan yang sangat mendalam, beliau mengatakan,

قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ

“ Ya'qub menjawab : Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. ” ( QS Yusuf : 86 )

Wallahu ta'ala a'lam bishshawab.

* Ust. Ammi Nur Baits *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar