Rizki Tidak Hanya Identik dengan Uang
Andai kita dan seluruh manusia bersatu padu membuat daftar nikmat
Allah, niscaya kita akan mendapati kesulitan. Allah Ta’ala berfirman,
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ
لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ( إبراهيم
“Dan Dia telah memberimu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu
mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah
dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat lalim dan
banyak mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34).
Bila
semua yang ada pada kita, baik yang kita sadari atau tidak, adalah rizki
Allah tentu semuanya harus kita syukuri. Namun bagaimana mungkin kita
dapat mensyukurinya bila ternyata mengakuinya sebagai nikmat atau rejeki
saja tidak?
Saudaraku! kita pasti telah membaca dan memahami
bahwa kunci utama langgengnya kenikmatan pada diri anda ialah sikap
syukur nikmat. Dalam ayat suci Al Qur’an yang barangkali kita pernah
mendengarnya disebutkan,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS.
Ibrahim: 7). Alih-alih mensyukuri nikmat, menyadarinya saja tidak.
Bahkan dalam banyak kesempatan bukan hanya tidak menyadarinya, akan
tetapi malah mengingkari dan mencelanya. Betapa sering kita mencela
angin, panas matahari, hujan dan berbagai nikmat Allah lainnya?
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa Al Fudhail bin ‘Iyadh mengisahkan:
“Pada suatu hari Nabi Dawud ‘alaihissalam berdoa kepada Allah: Ya Allah,
bagaimana mungkin aku dapat mensyukuri nikmat-Mu, bila ternyata sikap
syukur itu juga merupakan kenikmatan dari-Mu? Allah menjawab doa Nabi
Dawud ‘alaihissalam dengan berfirman: “Sekarang engkau benar-benar telah
mensyukuri nikmat-Mu, yaitu ketika engkau telah menyadari bahwa segala
nikmat adalah milikku.” (Dinukil dari Tafsir Ibnu Katsir)
Imam
As Syafii berkata, “Segala puji hanya milik Allah yang satu saja dari
nikmat-Nya tidak dapat disyukuri kecuali dengan menggunakan nikmat baru
dari-Nya. Dengan demikian nikmat baru tersebutpun harus disyukuri
kembali, dan demikianlah seterusnya.” (Ar Risalah oleh Imam As Syafii
2)
Wajar bila Allah Ta’ala menjuluki manusia dengan sebutan
“sangat lalim dan banyak mengingkari nikmat, sebagaimana disebutkan pada
ayat di atas dan juga pada ayat berikut,
وَهُوَ الَّذِي أَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ إِنَّ الْإِنسَانَ لَكَفُورٌ
“Dan Dialah Allah yang telah menghidupkanmu, kemudian mematikanmu,
kemudian menghidupkanmu (lagi), sesungguhnya manusia itu, benar-benar
sering mengingkari nikmat.” (QS. Al Hajj: 66)
Artinya di sini,
rizki Allah amatlah banyak dan tidak selamanya identik dengan uang.
Hujan itu pun rizki, anak pun rizki dan kesehatan pun rizki dari Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar