.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya ALLAH akan MEMBIARKAN/MENANGGUHKAN (terlebih dahulu) orang yang berbuat zalim, dan pada saat Allah mengazabnya, maka Allah tidak akan melepaskannya.” Kemudian beliau membaca firman Allah (yang artinya),
.
“Dan Begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.” (QS. Hud: 102)
(Muttafaq ‘alaih)
———————
.
Hadis ini menerangkan tentang :
▬ orang yang berbuat zalim
▬▬ dan apa yang terkadang terjadi kepadanya.
.
Allah dengan kuasa-Nya, terkadang :
▬ membiarkan orang zalim dalam kezalimannya untuk beberapa waktu,
▬▬ hingga kemudian Allah menurunkan siksa-Nya dan tidak ada yang bisa menolongnya.
.
Allah membiarkan ia terus :
▬ melakukan perbuatan zalim
▬▬ agar ia semakin dekat kepada kebinasaan.
.
Tatkala kezalimannya telah bertumpuk, maka :
▬ Allah mengazabnya.
▬▬ Inilah yang disebut dengan istidraj; yaitu Allah menarik secara perlahan-lahan orang zalim itu kepada kebinasaan.
.
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) (Istidraj), dengan cara yang tidak mereka ketahui. dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku Amat teguh.” (QS. Al A’raf: 182-183)
.
■Ibnu Katsir berkata,
“Maknanya, dibukakan untuknya pintu-pintu rizki dan beragam penghidupan di dunia, hingga mereka terpedaya dan menyangka berada pada kedudukan.” (Tafsir al Qur`an al Adzim)
.
■Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika engkau melihat Allah memberikan kepada seorang hamba (kenikmatan) dunia yang disukainya padahal ia suka bermaksiat, maka itu adalah istidraj.” Kemudian beliau membaca firman Allah, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44)(HR Ahmad, dinilai hasan oleh al ‘Iraqi dalam “Takhrij al Ihya`”)
.
■Sebagian Salaf berkata,
“Jika engkau melihat Allah terus-menerus melimpahkan kepadamu kenikmatan sementara engkau terus bermaksiat, maka berhati-hatilah, karena ia adalah istidraj.”
.
■Sebagian Salaf juga berkata,
“Betapa banyak orang yang diisitidraj dengan nikmat-nikmat Allah dan ia tidak menyadarinya, betapa banyak orang yang tertipu dengan tirai Allah (yang menutupi kemasiatannya) dan ia tidak menyadarinya, serta betapa banyak orang yang diuji oleh pujian manusia dan ia pun tidak menyadarinya.” (Ad Daa` wa Ad Dawaa`, hal. 54-55)
.
Hadis diatas adalah peringatan bagi kita, :
▬ jangan sampai kita termasuk orang-orang yang tertipu oleh kenyamanan
▬▬ yang kita rasakan dalam keadaan kita suka berbuat zalim dan dosa.
.
Karena bisa jadi jika Allah :
▬ membiarkan kita dalam kenikmatan dan kesenangan
▬▬ sementara kita terus menerus dalam perbuatan dosa dan kezaliman,
.
Allah justru :
▬ hendak membuat kita hancur dan binasa
▬▬ disebabkan kezaliman yang terus bertumpuk itu, hingga akhirnya pada suatu hari nanti, setelah waktu yang cukup lama Allah menurunkan azab yang sangat hina dan menyakitkan kepada kita.
Wal ‘iyaadzu billah.
.
Dibiarkan oleh Allah dalam kondisi seperti itu tentu sangat merugikan. Sementara mendapat teguran dari Allah atas perbuatan dosa yang kita lakukan secara langsung tentu lebih baik bagi kita. Dan ini juga yang terkadang Allah lakukan kepada sebagian hamba-Nya yang berbuat zalim dan dosa.
.
Musibah, kesulitan hidup atau rasa sakit yang terjadi kepada kita diantara tujuannya adalah :
▬ sebagai teguran,
▬▬ agar kita menjadi ingat kepada Allah dan bertobat dari kesalahan yang kita perbuat.
.
Kondisi ini lebih baik dari kondisi pertama. Sehingga para ulama mengatakan,
“Musibah yang membuat kita semakin dekat dengan Allah lebih baik daripada kenikmatan yang membuat kita semakin jauh dari Allah.”
.
Wallahu a’lam.
- by. Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc.
Subang, malam selasa 28 Jumadil akhir 1435 H (28 April 2014)
.
http://
Tidak ada komentar:
Posting Komentar