KAFIRKAH KEDUA ORANG TUA NABI ?
Orang tua Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam, mereka berdua, –
sesuai dengan kehendak kauni Allah ta’ala – mati dalam keadaan kafir.
Hal itu ditegaskan oleh beberapa nash di antaranya :
1● Al-Qur’an Al-Kariim
مَا كَانَ لِلنّبِيّ وَالّذِينَ آمَنُوَاْ أَن يَسْتَغْفِرُواْ
لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوَاْ أُوْلِي قُرْبَىَ مِن بَعْدِ مَا
تَبَيّنَ لَهُمْ أَنّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
“Tiadalah
sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun
(kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik
itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya
orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam” [QS. At-Taubah :
113].
Sababun-Nuzul (sebab turunnya) ayat ini adalah berkaitan
dengan permohonan Nabi shallallaahu ’alaihi wa sallam kepada Allah
ta’ala untuk memintakan ampun ibunya (namun kemudian Allah tidak
mengijinkannya) [Lihat Tafsir Ath-Thabari dan Tafsir Ibnu Katsir QS.
At-Taubah : 113].
2● As-Sunnah Ash-Shahiihah
عَنْ
أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِي قَالَ فِي
النَّارِ فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي
النَّارِ
Dari Anas radliyallaahu ‘anhu :
Bahwasannya ada
seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam : “Wahai Rasulullah, dimanakah tempat ayahku (yang telah
meninggal) sekarang berada ?”. Beliau menjawab : “Di neraka”. Ketika
orang tersebut menyingkir, maka beliau memanggilnya lalu berkata :
“Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka”. [HR. Muslim no. 203, Abu
Dawud no. 4718, Ahmad no. 13861, Ibnu Hibban no. 578, Al-Baihaqi dalam
Al-Kubraa no. 13856, Abu ‘Awanah no. 289, dan Abu Ya’la no. 3516].
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :
“Di dalam hadits tersebut [yaitu hadits : إن أبي وأباك في النار –
”Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka”] terdapat pengertian bahwa
orang yang meninggal dunia dalam keadaan kafir, maka dia akan masuk
neraka. Dan kedekatannya dengan orang-orang yang mendekatkan diri
(dengan Allah) tidak memberikan manfaat kepadanya. Selain itu, hadits
tersebut juga mengandung makna bahwa orang yang meninggal dunia pada
masa dimana bangsa Arab tenggelam dalam penyembahan berhala, maka diapun
masuk penghuni neraka. Hal itu bukan termasuk pemberian siksaan
terhadapnya sebelum penyampaian dakwah, karena kepada mereka telah
disampaikan dakwah Ibrahim dan juga para Nabi yang lain shalawaatullaah
wa salaamuhu ‘alaihim” [Syarah Shahih Muslim oleh An-Nawawi juz 3 hal.
79 melalui perantara Naqdu Masaalikis-Suyuthi fii Waalidayil-Musthafaa
oleh Dr. Ahmad bin Shalih Az-Zahrani hal. 26, Cet. 1425 H].
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لِأُمِّي فَلَمْ يُؤْذَنْ لِي
وَاسْتَأْذَنْتُهُ أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِي
Dari Abi Hurairah radliyallaahu ’anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam :
”Sesungguhnya aku telah memohon ijin Rabb-ku untuk memintakan ampun
ibuku, dan Ia tidak mengijinkanku. Namun Ia mengijinkan aku untuk
menziarahi kuburnya” [HR. Muslim no. 976, Abu Dawud no. 3234, An-Nasa’i
dalam Ash-Shughraa no. 2034, Ibnu Majah no. 1572, dan Ahmad no. 9686].
Al-Imam Al-Baihaqi rahimahullah berkata :
وأبواه كانا مشركين, بدليل ما أخبرنا
”Sesungguhnya kedua orang tua Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam adalah
musyrik dengan dalil apa yang telah kami khabarkan....”. Kemudian
beliau membawakan dalil hadits dalam Shahih Muslim di atas (no. 203 dan
976) di atas [Lihat As-Sunanul-Kubraa juz 7 Bab Nikaahi Ahlisy-Syirk wa
Thalaaqihim].[1]
Al-’Allamah Syamsul-Haq ’Adhim ’Abadi berkata :
فلم يأذن لي : لأنها كافرة والاستغفار للكافرين لا يجوز
”Sabda beliau shallallaahu ’alaihi wa sallam : ”Dan Ia (Allah) tidak
mengijinkanku” adalah disebabkan Aminah adalah seorang yang kafir,
sedangkan memintakan ampun terhadap orang yang kafir adalah tidak
diperbolehkan” [’Aunul-Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud, Kitaabul-Janaaiz,
Baab Fii Ziyaaratil-Qubuur].[2]
عن ابن مسعود رضي الله عنه قال
"جاء ابنا مليكة - وهما من الأنصار - فقالا: يَا رَسولَ الله إنَ أمَنَا
كَانَت تحفظ عَلَى البَعل وَتكرم الضَيف، وَقَد وئدت في الجَاهليَة فَأَينَ
أمنَا؟ فَقَالَ: أمكمَا في النَار. فَقَامَا وَقَد شَق ذَلكَ عَلَيهمَا،
فَدَعَاهمَا رَسول الله صَلَى الله عَلَيه وَسَلَمَ فَرَجَعَا، فَقَالَ:
أَلا أَنَ أمي مَعَ أمكمَا
Dari Ibnu Mas’ud radliyallaahu ‘anhu
ia berkata : Datang dua orang anak laki-laki Mulaikah – mereka berdua
dari kalangan Anshar – lalu berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya
ibu kami semasa hidupnya memelihara onta dan memuliakan tamu. Dia
dibunuh di jaman Jahiliyyah. Dimana ibu kami sekarang berada ?”. Maka
beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Di neraka”. Lalu mereka
berdiri dan merasa berat mendengar perkataan beliau. Lalu Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam memanggil keduanya lalu berkata :
“Bukankah ibuku bersama ibu kalian berdua (di neraka) ?” [Lihat Tafsir
Ad-Durrul-Mantsur juz 4 halaman 298 – Diriwayatkan oleh Ahmad no. 3787,
Thabarani dalam Al-Kabiir 10/98-99 no. 10017, Al-Bazzar 4/175 no. 3478,
dan yang lainnya; shahih].
3● Ijma’
Al-Imam Ibnul-Jauzi berkata :
وأما عبد الله فإنه مات ورسول الله صلى الله عليه وسلم حمل ولا خلاف أنه
مات كافراً، وكذلك آمنة ماتت ولرسول الله صلى الله عليه وسلم ست سنين
”Adapun ’Abdullah (ayah Nabi), ia mati ketika Rasulullah shallallaahu
’alaihi wa sallam masih berada dalam kandungan, dan ia mati dalam
keadaan kafir tanpa ada khilaf. Begitu pula Aminah (tentang kekafirannya
tanpa ada khilaf), dimana ia mati ketika Rasulullah shallallaahu
’alaihi wasallam berusia enam tahun” [Al-Maudlu’aat juz 1 hal. 283].
Al-’Allamah ’Ali bin Muhammad Sulthan Al-Qaari telah menukil adanya
ijma’ tentang kafirnya kedua orang tua Rasulullah shallallaahu ’alaihi
wasallam dengan perkataannya :
وأما الإجماع فقد اتفق السلف
والخلف من الصحابة والتابعين والأئمة الأربعة وسائر المجتهدين على ذلك من
غير إظهار خلاف لما هنالك والخلاف من اللاحق لا يقدح في الإجماع السابق
سواء يكون من جنس المخالف أو صنف الموافق
”Adapun ijma’, maka
sungguh ulama salaf dan khalaf dari kalangan shahabat, tabi’in, imam
empat, serta seluruh mujtahidin telah bersepakat tentang hal tersebut
(kafirnya kedua orang tua Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam) tanpa
adanya khilaf. Jika memang terdapat khilaf setelah adanya ijma’, maka
tidak mengurangi nilai ijma’ yang telah terjadi sebelumnya. Sama saja
apakah hal itu terjadi pada orang-orang menyelisihi ijma’ (di era
setelahnya) atau dari orang-orang yang telah bersepakat (yang kemudian
ia berubah pendapat menyelisihi ijma’) [Adilltaul-Mu’taqad Abi Haniifah
hal. 7 - download dari www.alsoufia.com].
Al-Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata :
ووالدا رسول الله مات على الكفر
”Dan kedua orang tua Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam mati
dalam keadaan kafir” [Al-Adillatul-Mu’taqad Abi Haniifah hal. 1 –
download dari www.alsoufia.com].
Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thabari rahimahullah berkata dalam Tafsirnya ketika menjelaskan QS. Al-Baqarah : 119 :
فإن فـي استـحالة الشكّ من الرسول علـيه السلام فـي أن أهل الشرك من أهل الـجحيـم, وأن أبويه كانا منهم
”Semua ini berdasar atas keyakinan dari Rasulullah shallallaahu ’alaihi
wasallam bahwa orang-orang musyrik itu akan masuk Neraka Jahim dan
kedua orang tua Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam termasuk bagian
dari mereka”.
Al-Imam Ibnul-Jauzi berkata ketika berhujjah
dengan hadits ” Sesungguhnya aku telah memohon ijin Rabb-ku untuk
memintakan ampun ibuku” ; yaitu berdasarkan kenyataan bahwa Aminah
bukanlah seorang wanita mukminah” [Al-Maudlu’aat juz 1 hal. 284].
Beberapa imam ahli hadits pun memasukkan hadits-hadits yang disebutkan
di atas dalam Bab-Bab yang tegas menunjukkan fiqh (pemahaman) dan
i’tiqad mereka tentang kekafiran kedua orang tua Nabi shallallaahu
’alaihi wa sallam.
Misalnya,
● Al-Imam Muslim
memasukkannya dalam Bab [بيان أن من مات على الكفر فهو في النار ولا تناله
شفاعة ولا تنفعه قرابة المقربين] “Penjelasan bahwasannya siapa saja
meninggal dalam kekafiran maka ia berada di neraka dan ia tidak akan
memperoleh syafa’at dan tidak bermanfaat baginya hubungan kekerabatan”.
● Al-Imam Ibnu Majah memasukkannya dalam Bab [ما جاء في زيارة قبور
المشركين] ”Apa-Apa yang Datang Mengenai Ziyarah ke Kubur Orang-Orang
Musyrik”. Al-Imam An-Nasa’i memasukkannya dalam Bab [زيارة قبر المشرك]
”Ziyarah ke Kubur Orang-Orang Musyrik. Dan yang lainnya.
Keterangan di atas adalah hujjah yang sangat jelas yang menunjukkan
kekafiran kedua orang tua Nabi shallallaahu ’alaihi wa sallam. Namun,
sebagian orang-orang yang datang belakangan menolak ’aqidah ini dimana
mereka membuat khilaf setelah adanya ijma’ (tentang kekafiran kedua
orang tua Nabi shallallaahu ’alaihi wa sallam). Mereka mengklaim bahwa
kedua orang tua beliau termasuk ahli surga. Yang paling menonjol dalam
membela pendapat ini adalah Al-Haafidh As-Suyuthi. Ia telah menulis
beberapa judul khusus yang membahas tentang status kedua orang tua Nabi
seperti : Masaalikul-Hunafaa fii Waalidayal-Musthafaa, At-Ta’dhiim
wal-Minnah fii Anna Abawai Rasuulillah fil-Jannah, As-Subulul-Jaliyyah
fil-Aabaail-’’Aliyyah, dan lain-lain.
Kesimpulan : Kedua orang tua Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam adalah meninggal dalam keadaan kafir. Wallaahu a’lam.
[direvisi dan diperbaiki tanggal 11-5-2011].
_________
Footnote :
[1] Perkataan Imam Al-Baihaqi tentang kekafiran kedua orang tua Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga dapat ditemui dalam kitab
Dalaailun-Nubuwwah juz 1 hal. 192, Daarul-Kutub, Cet. I, 1405 H, tahqiq :
Dr. Abdul-Mu’thi Al-Qal’aji].
[2] Karena ibu Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam termasuk orang-orang kafir. Allah telah
melarang Nabi shallallaahu ‘alaihi was allam dan kaum mukminin secara
umum untuk memintakan ampun orang-orang yang meninggal dalam keadaan
kafir sebagaimana firman-Nya :
مَا كَانَ لِلنّبِيّ
وَالّذِينَ آمَنُوَاْ أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ
كَانُوَاْ أُوْلِي قُرْبَىَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيّنَ لَهُمْ أَنّهُمْ
أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan
orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi
orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum
kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik
itu adalah penghuni neraka jahanam” [QS. At-Taubah : 113].
Selengkapnya di :
Tulisan Ustadz Abul Jauzaa Al-Atsary ~hafidzohullah~
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2008/06/kafirkah-kedua-orang-tua-nabi-sebuah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar